Saya seringkali mendengar keluhan orangtua atas kenakalan anak mereka, sejak kecil bahkan hingga dewasa. Sampai sampai, orangtua tidak tahan dan berakhir dengan tragedy, yang dimulai dengan luapan emosi berupa kemarahan, bentakan bentakan, lalu kea rah kekerasan fisik, pengusiran dari rumah, bahkan sampai bunu diri atau pembunuhan. Tragedi itu dapat terjadi pada kedua belah pihak, terkadang anak sebagai korban atau orangtua yang menjadi korban. Malah, ketika anak memasuki masa remaja, kenakalannya seperti tak terbendung.
Pertanyaan terbesar, mengapa anak kita tiba tiba berperangai merusak dan memusuhi orangtua, guru atau temannya? Sepertinya, dia sudah bukan manusia lagi. Lalu, bagaimana sikap kita sebagai orangtua ketika menghadapi perilaku anak yang sangat negatif tersebut. Untuk mengatasinya, menurut saya orangtua harus kembali pada pola piker yang benar bahwa setiap anak punya fitrah ilahiah. Fitrah ini layaknya pondasi dalam sebuah bangunan, yaitu berupa ruh yang cenderung mengenal Tuhannya. Dengan fitrahnya itu, manusia sesungguhnya punya kecenderungan pada agama, kecenderungan mutlak pad perilaku perilaku baik. Oleh karenanya, jika fittrah dianalogikan sebagai pondasi, semestinya bangunan terbaik, yang selalu menghindari perilaku tidak terpuji.
Dalam ajaran islam, kecenderungan tadi dijelaskan melalui ayat-ayat Al Quran berikut :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus; tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS Ar-Rum [30]:30)
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarrkan keturunan anak-anak Adam dai sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya befirman): “Bukanlah Aku ini Tuhanmu?:” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan). ( Al-A’raf [7]: 172) Kesimpulannya, bahwa setiap anak pada hakikatnya cenderung pada kebaikan. Ada faktor-faktor tertentu yang menyebakan mereka tiba-tiba berperangai buruk, kasar, atau memusuhi orrangtuanya. Pola piker atau paradigm bahwa hakikatnya anak punya fitrah kebaikan sangat penting dimiliki oleh semua orangtua karena akan membangkitkan optimism bahwa anak kita sudah terlanjur berperangai buruk, akan punya kesempatan untuk berubah menjadi baik.
Penulis : Maria Ulfah (Kepala Sekolah)
Sumber : Buku “Orangtuanya Manusia”, Munif Chatib (Konsultan Pendidikan Anak)
Tinggalkan Komentar